Sunday, August 21, 2016

Makalah Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Syafawiyah Di Persia

Makalah Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Syafawiyah Di Persia


Makalah Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Syafawiyah Di Persia





BAB 1
PENDAHULUAN
Mempelajari sejarah perkembangan islam tak bisa dilepaskan dari peran beberapa kerajaan islam. mulai dari masa awal islam berdiri. Meski saat itu tidak berupa kerajaan (Monarkhi ), masa Khulafa’ arrosidin islam adalah Negara besar yang berpusat di madinah.
Kemudian Masa Dinasti Bani Umayah dilanjutkan oleh dinasti Abbasyiyah sampai kemunculan kerajaan Turki Usmanni (Ottoman ) di Turki, Kerajaan Syafawi di Persia dan Mughal di India.
Dalam pembahasan makalah ini, kami akan mengkaji perkembangan islam pada masa kerajaan Syafawiyah di Persia ( Iran saat ini ) mulai sejarah berdirinya dan perkembangan politik masa itu, kemajuan yang dicapai dan sebab kemundurannya. Lahirnya Dinasti Syafawi adalah kebangkitan kembali kejayaan islam ketika islam sebelumnya pernah mengalami  masa kecemerlangan[1]. Yaitu masa sebelum serbuan bangsa mongol.


             Blitar, 12 Maret 2011                                   
                                                                                                                    Penyusun





BAB II
PEMBAHASAN
A.      Latar belakang terbentuknya kerajaan Syafawi .

Nama Syafawi menurut Sayid Amir Ali berasal dari kata Shafi, suatu gelar bagi nenek moyang raja raja Syafawi yakni Syafi Al Din Ishak Al Ardabil, pendiri dan pemimpin tharekat Syafawiyah[2].
Pada mulanya Syafawi adalah sebuah kelompok Tharekat yang muncul di kota Ardabil, sebuah kota di Negara Azerbaijan, kawasan Asia Tengah sekarang. Tharekat ini memiliki nama yang sama dengan pendirinya yaitu Syafi’ Al Din yang hidup antara 1252 – 1334 M.
Syafi’ Al Din masih memiliki garis keturunan dengan Musa Al Kadzim ( Imam Syiah Keenam ) ketika usianya 25 Tahun ia berguru pada Tajuddin Ibrahim Zahidi yang dikenal dengan julukan Zahid Al – Ghilani. Meski berasal dari kalangan berada Shafi’ Al – Din lebih memilih kehidupan sufi sebagai jalan hidupnya.
            Karena pentasnya dalam kehidupan tasawuf Shafi’ Al Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Tarekat Syafawiyah didirikan oleh Shafi Al Din pada tahun 1301 M. Yaitu saat dia menggantikan mertua sekaligus gurunya Tajuddin yang wafat tahun 1301 M.
            Pada mulanya gerakan Taswuf Syafawiyah bertujuan memerangi orang orang yang ingkar, golongan ahli ahli bid’ah. Tarekat ini berkembang pesat seteah ia mengubah bentuk dari pengajian tasawuf murni menjadi gerakan keagamaan yang berpengaruh besar di Persia, Syiria dan Anatolia. Di luar negeri Ardabil Safi’ Al Din menempatkan seorang wakil wakil yang bergelar “khalifah[3]”.
Lama kelamaan murid murid thariqot ini berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaannya dan menentang setiap orang yang tidak mengikuti fahamnya. Kian lama mereka kian mengatur kekuasaan dan disiplin, sehingga menimbulkan kecurigaan pada pihak kerajaan yang berkuasa.  Melihat bahaya ini pada tahun 1360 M, pemimpinnya Syeikh Sadrudin bin Syeikh Safiyudin ditangkap dan dipenjara atas perintah Gebernur negeri Azerbeijan. Setelah itu yang menggantikannya ialah putranya Syeikh Junaid, tetapi dalam hal ini pamannya Ja’far, sehingga. Terpaksalah Syeikh Junaid Menyembunyikan diri di Diyarbakr sampai disana dia dapat mengumpulkan dan memperkuat pengikutnya yang kian lama kian banyak. Dia tinggal di Istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan.
Pada tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tetapi gagal. Tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sireassia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan. Dan ia pun terbunuh dalam peperangan tersebut.
Pada saat itu, istrinya melahirkan seorang putra yang diberi nama Haidar. Dia diasuh dan didik oleh ibunya dan Ouzun Hasan sampai dewasa dan sanggup memegang kembali pemerintahan pusaka ayah dan nenek moyangnya itu. Kepemimpinan Syafawi baru diserahkan secara resmi pada tahun 1470 M. Hubungan Haidar dengan Uzun Hasan semakin erat setelah Haidar meminang salah satu cucunya. Dari perkawinan itu lahirlah Isma’il pada tanggal 17 Juli 1487 M. Ismail inilah yang dipandang sebagai pendiri yang pertama dari kerajaan Safawiyah.
Tahun 1476 M. A-K Koyunlu ( Domba putih ) menang atas Kara Konyulu (Domba hitam), membuat gerakan Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh A – K Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Akan tetapi, Ak Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan  militer dan kekuasan Dinasti Safawi. Karena itu, Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan. Ak Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan Haidar pun terbunuh dalam perang itu.
            Dia wafat meninggalkan 3 orang putera. Pertama Ali, yang tewas pada satu peperangan. Kedua Ismail dan ketiga Ibrahim. Karena takut dianiyaya oleh musuh musuh ayahnya, beberapa lamanya Ismail dan Ibrahim di sembunyikan oleh pengikutnya.
Sebelum Ali meninggal dia sempat mengangkat adik bungsunya, Ismail bin Haidar yang waktu itu masih berumur tujuh tahun untuk menjadi pemimpin gerakan Syafawi.
            Meskipun ayahnya dulu belum mampu mewujudkan cita cita gerakan Syafawi, namun ia sempat memberikan atribut kepada pendukungnya yakni berupa serban merah yang berumbai dua belas, sehingga mereka terkenal dengan sebutan kepala merah atau Qizilbas. Umbai dua belas menunjukkan Syi’ah Immamiah dua belas yang menjadi panutannya[4].
            Saat Ismail memangku gerakan Syafawi, dia baru berusia tujuh tahun. Selam lima tahun, Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan untuk mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pangikutnya di wilayah Azerbaeijan, Syiria dan Anatolia.
            Tahun 1500 M dia pergi ke Kiswin karena disana berkumpul para pengikutnya yang kian lama kian banyak, terutama dari bangsa turki, sehingga dia dapat menaklumkan jihad terhadap orang Kristen Georgia.
Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash, menyerang dan mengalahkan Ak – Koyunlu di Sharur, dekat Naikhchivan

Go to link download